Saturday, February 3, 2018

KEJADIAN NYATA YANG BERKAITAN DENGAN QADA DAN QADAR (Di SERTAI DENGAN KESIMPULAN DARI KISAH TERSEBUT)

Ok sobat bloger jumpa lagi dengan saya , semoga sobat nggak bosan-bosan berkunjung ke blog saya , walaupun isinya baru beberapa postingan , tapi setidaknya bisa memberi manfaat bagi sobat semua, Oksobat kali ini saya akan post materi yang berkaitan dengan Qada dan Qadar , bagi sobat yang ada tugas dari guru tentang kejadian nyata di dunia yang berkaitan dengan qada dan qadar ,langsung saja ambil materinya dibawah ini .


1
Keindahan dibalik Takdir Kebutaan Mata Seorang Anak (Kisah nyata)


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... ALLAH menyimpan keindahan untuk umat-Nya yg bersabar dan ikhlas menerima takdir (Ungkapan Mulia Seorang Anak Tunanetra Penghafal Qur’an Membuat Penyiar TV Meneteskan Air Mata) ..
Mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup terasa tak sempurna. Sedih dan mengeluh itu pasti terjadi pada sebagian manusia yang kehilangan penglihatannya. Tapi tidak dengan anak kecil tunanetra dari Mesir itu. Ia adalah salah satu hamba Allah yang ikhlas atas ketetapan-Nya. Penyiar TV Arab Saudi Al-Wathan mewawancarai anak istimewa itu. Seorang anak laki-laki tunanetra penghafal Al-Qur'an dari Mesir yang berusia 11 tahun.

Dalam wawancara itu penyiar TV Al-Wathan menanyakan perihal bagaimana ia belajar Al-Qur'an dalam kebutaannya. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya.


“Saya yang datang ke tempat syaikh” kata anak itu. “Berapa kali dalam sepekan ?”

tanya penyiar TV.

“Tiga hari dalam sepekan” jawab sang anak.

Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu penyiar bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Qur’an hanya mengajarinya satu ayat per hari !!!.

“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau dengan sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari” ujar anak itu. “Satu ayat saja ?” respon penyiar terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini.

Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Qur'an, hingga ia tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Sang penyiar tersenyum dan menepuk paha anak itu tanda kagum, yang disambut senyum ceria oleh anak itu. Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya,­ tapi “rahmat” Allah-lah yang ia harapkan.


“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku” katanya. Mendengar jawaban anak itu sang penyiar semakin terkejut.

“Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu ?. Kenapa ?” tanyanya penyiar TV heran. Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan ia tak yakin pada Allah, bukan.

Namun ia menginginkan yang lebih indah dari penglihatan.

“Semoga menjadi keselamatan bagiku pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut.

Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, Apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu ?. Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya­ untuk saya pada hari kiamat kelak” papar sang anak dengan tegas. Mendengar kalimat mulia anak itu, semua diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan, sehingga tak terasa air mata pun tumpah !.

“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum Muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasa­n dalam menghafal kitab Allah, Al-Qur'an. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu) ?” kata penyiar. “Segala puji milik Allah dalam segala keadaan” kata penghafal Qur'an muda itu.

Subhanallah, indahnya dunia tak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari pembalasan. Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah (rahimahullah):

“Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi: Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya” katanya. Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlas menerima takdir-Nya. “Segala puji milik Allah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha' dan qadar Allah” katanya.

“Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-Firdaus yang tertinggi” kata anak istimewa itu lagi. Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah ...






Kesimpulan:
SUngguh –sungguh Mulia dan tegar anak itu , Dalam sebuah hadits Qudsi Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: ..
Allah berfirman: “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhari: 5653, Tirmidzi: 2932, Ahmad: 7597, Ad-Darimi: 2795 dan Ibnu Hibban: 2932) Mungkin kelak Di bukalah pintu surga Firdaus Untuknya Amiin ..... (Wallahu a’lam )


2

KISAH NYATA WANITA MALAM PENGANTIN

“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.

Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”

Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”

Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu !
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Kesimpulan:
Kisah Ini menjadi contoh yang sangat baik bagi kita semua , Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama. SubhanAllah…




3
Kisah nyata pak sony
Nama Saya sony (samaran) 40 tahun pekerjaan manajer di sebuah bank cabang milik pemerintah di kabupaten pati.suatu hari ada sepeda motor milik nasabah yang hilang padahal sudah ada tukang parkir tapi tidak diberi kartu katanya ribet.selama saya bekerja disini baru kali ini ada sepeda motor hilang.selang 3 hari saya ditegur atasan karena ada yang tidak beres ketika ada audit rutin.ini semua jelas mengganggu pekerjaan dan juga karir saya sebagai manajer di sebuah bank cabang milik pemerintah.saya bingung dan terpaksa masalah ini saya ceritakan pada istri saya.ini jarang terjadi pada keluarga saya.karena saya termasuk orang yang punya prinsip bahwa pekerjaan dan mencari nafkah adalah kewajiban suami dan resiko pekerjaan adalah sepenuhnya tanggungan suami.jadi saya tidak ingin masalah kantor mengganggu pikiran istri yang tipe orang yang gampang memikirkan semua masalah.termasuk masalah yang sepele.sorenya selepas maghrib istri saya bilang supaya saya minta tolong andi (ipar saya) supaya diantar ke rumah guru spiritual andi di juwana.siapa tahu Allah SWT menolong saya melalui perantara seorang guru spiritual.singkat cerita saya berhasil ketemu guru spiritual tersebut namanya Ahmad Yamin Syakir atau lebih akrab dipanggil kang Min orangnya enak di ajak ngobrol,tidak berpakaian ala kyai karena tidak merasa jadi kyai ,tidak berpakaian ala dukun karena tidak merasa jadi dukun,tidak berpakaian ala paranormal karena tidak merasa jadi paranormal.jadi kang min merasa jadi seorang teman yang selalu siap menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan,khususnya pada bidang yang kang min tekuni yaitu bidang spiritual.kesan saya setelah satu kali bertemu adalah segala sesuatu adalah dari Allah maka apabila ada yang tidak beres,maka harus di mintakan pertolongan dan dipasrahkan hanya pada Allah.setelah beberapa hari di doakan kang min akhirnya sepeda motor yang hilang bisa ditemukan polisi,dan pegawai yang korupsi mengaku dan dipecat dari kantor dengan menanggung hutang yang harus dicicil kepada bank setiap bulannya.terimakasih ya Allah….saya bisa bekerja dengan tenang kembali setelah ada pertolongan dari Allah lewat seorang teman bernama kang Min yang saya anggap sebagai guru spiritual saya.
Keimpulan:
Dari kisah tersebut kita bisa mengambil konklusi bahwa manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal mungkin untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakal manusia terhadap Penciptanya.  Dalam Qur'an Allah berfirman "Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS 13:11) "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu"(QS 28;77 ).
Demikianlah suatu takdir akan berubah sesuai dengan usaha dan upaya manusia meski Allah telah menetapkan suatu ketetapan dari awal namun isyarat Ilahi menuntut suatu usaha optimal agar nasib dan keadaan yang lebih baik atau yang kita inginkan tercapai. Setelah usaha yang maksimal disertai dengan doa dan sikap pasrah pada Allah kita serahkan nasib dan takdir. Inilah yang dinamakan sikap pasrah dan tawakal pada apapun yang kita inginkan.



4
Kisah Nyata
Betapa Berharganya Setetes Air
Penulis terkenal kebangsaan Mesir yang bernama Mustafa Amin, dimana beliau adalah salah satu yang dijebloskan ke dalam penjara di masa pemerintahan Gamal Abdul Naser pada tahun 1965, menceritakan kisahnya saat beradadi dalam penjara. Ia berkata, “Di antara bentuk penganiayaan yang ditetapkan pemerintah pada saat itu adalah melarang penghuni penjara makan dan minum. Larangan untuk makan sangatlah menyakitkan, walaupun masih memungkinkan untuk bertahan, akan tetapi haus adalah siksaan yang tidak mungkin bisa ditanggung, khususnya di bulan-bulan musim panas dengan derajat panas yang tinggi sekali. Selain itu saya mempunyai penyakit gula, yang mengharuskan saya banyak minum. Di hari pertama pelarangan ini, saya masuk kamar kecil, di sana saya mendapatkan tempat air yang berisi air untuk istinja’, kemudian saya minum air tersebut sampai habis, dan sebagai ganti untuk istinja’, saya gunakan tissu toilet. Dengan semakin bertambahnya rasa hausku, saya terpaksa minum air kencing. Sampai di hari ketiga, saya tidak mendapatkan air kencing untuk saya minum. Saya sangat haus, saya merasakan siksaan yang sangat pedih. Kemudian, saya berjalan-jalan di dalam sel saya sehingga nampak seperti orang gila. Lidah dan tenggorokan saya kering.
Terkadang saya menunduk ke lantai dengan harapan semoga sipir penjara terlupa dan menyisakan setetes air ketika mereka mengepel lantai!! Setelah itu saya merasakan bahwa saya hampir binasa, dalam kondisi seperti itu saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan, saya kuras pikiranku, sampai saya terhuyung-huyung, ketika itu aku malihat bahwa pintu sel dibuka dengan perlahan-lahan, dan dalam kegelapan saya perhatikan ada tangan seseorang mengulurkan segelas air dingin. Saya tergoncang,terbayang seolah-olah aku telah gila? Aku mulai melihat bayangan orang itu, ah … tidak mungkin ini air … ini hanyalah fatamorgana. Kemudian, saya ulurkan tangan dan saya benar-benar menyentuh gelas tersebut, ternyata sedingin es. Saya melihat pembawa gelas tadi meletakkan jarinya di atas bibirnya, seolah-olah ia berkata kepada saya, ‘Janganlah kamu bicara’. Saya minum air tersebut, akan tetapi ia sangat berbeda dengan air yang pernah saya minum selama ini, ia adalah air yang paling nikmat yang pernah saya minum di dalam kehidupan saya sebelumnya. Kalau seandainya pada waktu itu aku memegang uang satu juta pound (junaih), niscaya aku berikan kepada sipir yang tidak kukenal ini. Minum air segelas tersebut membuat ruh saya seakan kembali ke tubuh dan tidak perlu lagi makan karena kenyang. Bahkan, lebih dari itu, aku merasa tidak perlu dikeluarkan dari penjara.
Saya merasakan kebahagiaan yang belum pernah saya rasakan selama hidup saya,
semua itu disebabkan segelas air yang dingin. Setelah itu, sipir pergi dengan cepat seperti
kedatangannya tadi dan menutup pintu sel dengan
perlahan. Saya melihat bayangan sipir, ia adalah pemuda yang berkulit coklat dan berbadan pendek. Akan tetapi, saya merasakan ia seperti malaikat. Saya melihat langsung pertolongan Allah di sel penjara. Hari yang penuh siksaan terus berjalan, tanpa pernah lagi melihat sipir yang tidak saya kenal itu. Kemudian, saya dipindahkan ke ruangan penyiksaan di lantai dasar penjara. Setiap hari melihat sipir yang tidak saya kenal itu berdiri di hadapan saya. Ketika itu saya hanya berdua. Saya bertanya dengan perlahan-lahan kepadanya,‘Kenapa engkau lakukan perbuatanitu? Kalau mereka mengetahuinya tentu memecatmu’. Dengan menyunggingkan senyum, ia menjawab, ‘Hanya memecat saya!? Bahkan, mereka akan membunuh saya dengan menembakkan senjata?’ Saya bertanya, ‘Apa yang membuatmu melakukan hal yang berbahaya itu? Ia menjawab, ‘Sesungguhnya saya mengenal anda, namun anda tidak mengenal saya. Kira-kira 9 tahun yang lalu, seorang petani dari Giza mengirim surat kepada anda, yang isinya menceritakan bahwa ia
adalah seorang petani yang tinggal di sebuah perkampungan, dalam hidupnya ia sangat
menginginkan membeli seekor sapi. Akan tetapi, setelah 6 bulan sapi yang berhasil dibelinya tersebut mati.
Beberapa bulan setelah itu, yakni pada malam- malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, tiba-tiba pintu rumah yang sempit kepunyaan petani itu diketuk, dan datanglah utusan dari harian koran anda, Akhbarul Yaum, sambil memegang tali yang mengikat seekor sapi di belakangnya. Ketika itu koran harian Akbarul Yaum selalu mewujudkan beratus-ratus impian para pembacanya di malam-malam Lailatul Qadar di setiap tahunnya’. Sipir itu terdiam sebentar, kemudian ia berkata, ‘Petani yang telah Anda kirimi seekor sapi kepadanya 9 tahun yang lalu adalah ayahku’. Bukankah telah aku katakan kepada kalian tadi bahwa pertolongan Allah menyertaiku saat aku di dalam sel penjara?!

Kesimpulan
Perbuatan baik yang telah dilakukan seorang penulis sejak 9 tahun yang lalu terhadap
seorang petani telah membuahkan hasil dan bisa menyelamatkan hidup sang penulis (dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta’ala). Segelas air di saat-saat ujian yang berat sekali lebih berharga dan lebih nikmat dari segala yang ada didunia. Oleh karena itu, jadikanlah dalam beramal ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Menginfakkan harta dijalan kebaikan, pasti akan mendapatkan balasan walaupun setelah lama berlalu masanya. Terkadang balasan perbuatan baik itu akan berlipat ganda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al- Qur’an surat Al-baqarah: 272, yang artinya: “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Janganlah kamu membelanjakan sesuatu, melainkan karena mencari keridhaan Allah. Apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).






5
Allah Sesuai Prasangka Hamba-Nya
Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah, dalam kondisi apapun. Aku tahu pasti hasilnya, karena terlalu sering aku mengalami banyak hal yang semua berpangkal pada satu, khusnudzon sama Allah. Dulu, aku memutuskan kuliah karena aku yakin ayah dan kakakku mau membiayaiku, dan tidak akan membuatku telantar. Tapi keyakinan itu sirna, setelah Ayah dipanggil olehNya, dan penghasilan kakakku (satu-satunya orang yang berpenghasilan tetap di keluargaku) hanya cukup untuknya hidup. Bayangkan, gaji kakakku yang hanya 500 ribu sebulan, mana cukup untuk kehidupanku dan biaya kuliahku, untuk dirinya sendiripun aku rasa kurang dari cukup (dalam kacamata manusia), sedangkan biaya satu semesterku minimal untuk SPP 700 ribu.
 Namun, beruntunglah diriku saat itu. Saat dimana pemahamanku tentang konsep iman, konsep rejeki dan konsep qada qadar sudah mengakar kuat. Alhamdulillah, keyakinan pada pertolongan Allah lah yang membuatku selalu merasa bisa dan mampu bertahan, apapun yang nanti aku alami. Tentu dengan berusaha menunjukkan padaNya, bahwa aku layak mendapatkan pertolonganNya (Muhammad : 7). Hanya karena kemudahanNya lah, aku mendapatkan lima beasiswa dalam kurun selama 5 tahun kuliah. Jumlah terbanyak yang pernah diraih oleh mahasiswa dimana tempatku belajar serta tawaran mengajar privat disana-sini, tanpa perlu bersusah payah mengajukan lamaran ke sebuah lembaga bimbingan belajar.
 Karena kemudahanNya lah, aku mampu mengasah keterampilan menjahitku, secara otodidak, dari hanya memasarkan produk kain flannel secara kecil-kecilan, hingga diberi kemudahan rejeki untuk membeli mesin jahit dan mesin obras, lalu menjalankan usaha jahitku saat itu. Akupun mampu memenuhi kebutuhanku sendiri, sejak sebelum lulus. Aku selalu ingat cerita yang selalu kuberikan pada para siswa SMP binaanku, cicak yang merayap pun selalu bisa mendapatkan nyamuk yang terbang, itulah kemurahan Allah. Maka jangan pernah berputus asa dari rahmatNya. Dulu, sering aku tak memegang uang sepeserpun di tangan, sedangkan mau pinjam lagi ke kawan satu kostan terbersit rasa malu, karena hutang yang kemarin pun belum mampu kulunasi. Tapi aku selalu yakin, Allah tak akan pernah menelantarkan hambaNya, selama kita yakin akan pertolonganNya. Dan sering, disaat rasa laparku tak mampu tertahan lagi, ada yang tiba-tiba membayar daganganku, sekalipun mungkin hanya 5 ribu saja, Alhamdulillah, setidaknya aku bisa makan malam nanti dan esok pagi.
 Atau ketika aku tak punya cukup ongkos untuk sekedar mudik ke kampung halaman, Subhanallah, dosenku yang baik saat itu, menawarkan pinjaman kepada mahasiswanya, dan kau tahu, aku mengembalikan uang pinjaman itu pada lebaran tahun berikutnya.  Atau ketika aku butuh dana untuk penelitian saat itu, iseng kugesekkan KTM ku, berharap masih ada sisa beasiswa yang terkirim. Padahal aku tahu, beasiswa itu sudah habis masa berlakunya, karena 2 bulan sebelumnya aku selalu mendapati KTM ku kosong. Tapi memang kebiasaanku saat itu, setiap mengantar teman ke ATM, aku sering iseng menggesekkan KTM ku, dan Subahanallah, lagi, aku tak menyangka beasiswa itu akhirnya terkirim lagi, sebagai perpanjangan tahun berikutnya. Kejadian-kejadian kecil itu, selalu membuatku tak bisa untuk bersu'udzon kepadaNya. Aku hanya mampu menangis, karena Allah begitu menyayangiku, sekalipun diri ini berlumpur dosa dan maksiat. Astaghfirullah... Dan cerita tak berhenti sampai disini. Aku ingat saat penelitian, aku sengaja mengambil proyek dosen dengan topik dan masa penelitian yang mudah dan singkat, disamping mencari yang ada penyandang dananya, salah satunya untuk mempercepat proses kelulusanku, yang kutarget tak lebih dari 4 tahun.
Di tengah jalan, ternyata tak semudah yang kubayangkan. Dari kesalahan penyiapan bahan, tempat penelitian yang harus mengantri dan bahan-bahan penelitian yang harus kutanggung dulu, karena dana yang belum cair. Tapi Alhamdulillah, aku tak harus mengulang sekalipun ada kesalahan penyiapan bahan, lalu tempat yang mengantri membuatku mengenal penelitian di topik yang sama yang akhirnya memudahkan saat proses penulisan, dan kemunduran pencairan dana akhirnya ditanggung oleh kawan yang satu penelitian denganku, walaupun kelulusanku akhirnya mundur sekitar enam bulan dari target awal. Subhanallah, betapa indah rencanaMu ya Allah, yang tak akan mungkin mampu kuurai, bagaimana ini semua bisa terjadi? Apakah masih ada cerita lain? Ya, masih ada dan mungkin belum akan selesai hingga aku menghadapNya. Aku ingat, salah satu impianku adalah mengajar di salah satu SDIT favoritku di kota tempatku kuliah.
Dan kau tau, tahun kelulusanku adalah tahun dimana SDIT tersebut membutuhkan banyak guru, karena perluasan kelas dan beberapa guru yang memutuskan keluar. Yah, aku diterima, sesuatu yang dulu kupikir sangat sulit, melihat banyak kakak tingkatku yang gagal (bahkan aku merasa kualitas mereka lebih baik dariku) ketika mendaftar dulu. Subhanallah, Kau meluluskanku di tahun yang tepat ya Allah. Lagi? Tentu saja. Di tengah perjalanan, ketika usia mengajarku baru menginjak dua bulan, kakak memintaku pulang, karena Mamak tercintaku membutuhkan kehadiranku. Walaupun aku harus meninggalkan semua mimpiku disini, lagi-lagi aku yakin, mungkin Allah punya rencana lain dengan semua ini. Dan ternyata iya, disinilah aku akhirnya membangun mimpi selanjutnya. Sungguh tak disangka, saat kepulanganku adalah saat dimana sebuah balai penelitian tanaman perkebunan, membutuhkan seorang peneliti. Apakah sebuah kebetulan? Bukan, karena inilah skenario Allah yang Maha Indah. Mereka membutuhkan peneliti bukan pada saat harus membuka lowongan.
Balai itu membutuhkan peneliti, karena salah satu peneliti yang baru direkrutnya memutuskan keluar, dan dia berada pada bidang yang kutekuni saat kuliah, Pemuliaan Tanaman. Kau tahu kan, jika dia tak keluar, maka lowongan itu tak mungkin ada, dan jika bukan bidangku, maka akupun tak akan mungkin diterima, karena syarat seorang peneliti adalah sesuai dengan bidang kepakarannya. Entah mengapa aku yakin sekali, inilah jalanku, sekalipun saat itu aku harus melewati banyak kandidat yang lain dan hanya satu orang yang direkrut. Dan Alhamdulillah, Subhanallah, lagi dan lagi, rasa syukur tak hentinya kupanjatkan pada Dzat Yang Maha Pengasih. Menjadi peneliti, membuatku meraih mimpi-mimpiku. Mimpi memiliki publikasi skala nasional bahkan internasional, mimpi menjelajah Nusantara bahkan luar Negara, mimpi memiliki jaringan hingga ke pelosok negeri, dan tentu saja, selalu berada dekat dengan Mamak tercintaku.
Subhanallah, maka alasan apa yang membuat kami harus bersu'udzon kepadaMu? Lagi, di tahun pertama aku bekerja, kakak ketigaku terlilit hutang sebagai akibat kebangkrutan usahanya, bahkan hingga puluhan juta. Hingga gaji tahun pertamaku harus tersisih untuk turut melunasi hutang-hutangnya. Tapi Alhamdulillah, Allah memberiku cahayaNya hingga bisa melihat segala permasalahan dengan jernih, dan mengambil hikmah tentunya. Rumah peninggalan ayah di kota tempatnya bekerja, akhirnya kami jual. Berkat penjualan rumah itu, kami akhirnya mampu memperbaiki rumah yang ditinggali Mamak yang kondisinya sudah hampir ambruk, disamping untuk melunasi hutang-hutangnya. Ya, aku yakin Allah membuka kami jalan untuk menjual rumah itu, karena Maha Tahu apa yang paling tepat diberikanNya untuk kami.
Dan tentu saja, tentang jodoh. Aku sudah tak menghitung lagi, berapa proses kulewati dan selalu berakhir dengan kegagalan. Tapi aku selalu yakin, kelak, Allah akan memilihkan seseorang untukku di saat yang tepat. Aku ingat perkataan guru mengajiku saat itu... "Jodoh itu dari Allah, maka mintalah sama Allah, dan upayakan diri kita layak mendapatkan jodoh dariNya", Yah, aku akhirnya sadar, jangan pernah menyalahkan orang yang meninggalkan kita, jangan pernah menyalahkan mereka yang tak ikhlas menerima kita, terlebih jangan pernah menyalahkan takdir. Tapi teruslah ukur diri kita, sudahkah kita layak mendapatkan jodoh terbaik dariNya? siapkah kita saat Allah menjodohkan kita dengan manusia pilihanNya? maka fokuslah pada apa yang bisa kita upayakan, jangan fokus kepada hal-hal yang diluar kemampuan kita, karena menentukan siapa dan kapan jodoh kita, adalah HAK Allah semata. Dan tahukah kau, dulu aku pernah berharap mendapatkan seseorang yang mau menemaniku di kota kelahiranku, dan memiliki kemampuan berwiraswasta yang mumpuni, selain sholeh dan giat berdakwah tentunya.
Dan Subhanallah, ternyata sosok seperti itu akhirnya dihadirkanNya di hadapanku. Dan dia, ya Allah, laki-laki itu begitu ikhlas menerimaku... sesuatu yang aku yakin, Jika Kau sudah memudahkannya, maka tak ada satupun yang bisa menyulitkannya. Dan nanti ya Allah, jika aku kehilangan apapun yang aku sukai, apapun yang aku sayangi, dan apapun milikMu yang Kau titipkan padaku, aku yakin Kau telah menyiapkan ganti yang lebih baik, dan rencanaMu ya Allah, adalah rencana yang terindah, skenario mengagumkan yang hanya akan terlihat indah, pada mereka yang berkhusnudzon pada setiap ketetapanMu... "Duhai Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri .... nikmat-Mu yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, ... dan agar aku selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Dengan rahmat-Mu ... masuk ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh." (An-Naml/27:19).
Kesimpulan:
Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah,



6
Qadha dan Qadhar dari Lisan Imam Ali as
Tahun 36 Hijriah. Amirul Mukminin Ali as bersama pasukannya bergerak ke daerah Shiffin untuk menghancurkan pasukan Muawiyah. Terjadilah perang Shiffin. Perang ini berlanjut hingga 18 bulan dan setelah berakhir, Imam Ali as kembali ke Kufah.
Suatu hari ada seorang pria berumur mendatangi Imam Ali as di Kufah dan bertanya, "Wahai Amirul Mukminin! Apakah kepergian kita ke medan perang Shiffin dan berperang dengan warga Syam termasuk Qadha dan Qadha Ilahi?"
Imam Ali as menjawab, "Benar, wahai orang tua! Kita tidak akan pernah menaiki dataran tinggi sekalipun atau menuruni jalan terjal, kecuali dengan Qadha dan Qadha Ilahi."
Orang tua itu salah memahami apa yang disampaikan oleh Imam Ali as dan beranggapan segala yang terjadi merupakan determinasi ilahi (Ijbar) berkata, "Dengan demikian, apakah saya bisa menisbatkan kesulitan yang saya alami dalam perjalanan ini dikarenakan Allah, dan saya mengatakan bahwa Allah Swt yang memaksa saya melakukan semua ini? Artinya, saya tidak akan mendapat pahala atas semua pekerjaan ini?"
Imam Ali as berkata, "Diamlah, wahai orang tua! Jangan berucap seperti itu. Demi Allah! Perjalananmu ke Shiffin, tinggal di sana dan kembali dari sana telah disediakan pahala yang besar di sisi Allah. Engkau tidak terpaksa dalam melakukan semua ini."
Orang tua itu bertanya lagi, "Bila kepergian kita ke Shiffin adalah bebas dan sesuai dengan kehendak kita sendiri, lalu mengapa kembalinya kita dari sana dengan Qadha dan Qadar Ilahi?"
Imam Ali as menjawab, "Seakan-akan engkau beranggapan yang dimaksud dari Qadha dan Qadar Ilahi adalah kepastian ilahi, dimana engkau terpaksa melakukannya. Bila memang demikian, maka segala bentuk pahala, siksa, perintah dan larangan Allah Swt menjadi sia-sia. Kabar gembira dan ancaman kepada manusia tidak berarti. Tidak ada orang melakukan perbuatan baik yang dipuji dan pelaku dosa tidak patut dicela. Pelaku kebaikan tidak akan dinilai lebih baik dari pendosa dan pelaku keburukan tidak layat dicela dari pelaku kebaikan. Ucapan seperti ini sama seperti ucapan para penyembah berhala dan musuh Allah, golongan setan dan kelompok Ijbar dan Majusinya umat ini. Allah Swt meletakkan kewajiban kepada manusia berdasarkan kehendak manusia dan begitu juga larangan sesuai dengan ikhtiarnya, sehingga mereka tidak melakukan dosa sesuai dengan ikhtiarnya. Dengan demikian, setiap sedikit perbuatan baik akan diganjar pahala yang banyak dan tidak menaati Allah bukan berarti mengalahkan-Nya. Menaati Allah Swt dilakukan tidak dengan terpaksa. Allah Swt tidak memberikan ikhtiar sempurna kepada manusia dan segalanya diserahkan kepada mereka (Tafwidh). Begitu juga Allah Swt tidak menciptakan langit, bumi dan udara secara sia-sia, tidak juga mengutus begitu saja para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Ini adalah akidah orang kafir. Celakalah mereka dan akan dimasukkan ke neraka Jahannam."
Penjelasan lugas dan argumentatif Imam Ali as berhasil memuaskan orang tua itu dan membuatnya gembira.

Kesimpulan :
Allah Swt meletakkan kewajiban kepada manusia berdasarkan kehendak manusia dan begitu juga larangan sesuai dengan ikhtiarnya, sehingga mereka tidak melakukan dosa sesuai dengan ikhtiarnya. Allah Swt tidak memberikan ikhtiar sempurna kepada manusia dan segalanya diserahkan kepada mereka (Tafwidh).


7
Kisah Nabi Musa Tentang QADA' DAN QADAR
Terdapat satu kisah . Nabi Musa a.s. pernah bertanyakan kepad Allah SWT bagaimana Allah menetapkan suatu takdir kepada manusia di dunia ini. Lalu Allah SWT memerintahkan Nabi Musa a.s. pergi disatu sungai yang terdapat sebuat batu yang besar dan baginda  hendaklah melihat saja dicelah-celah batu tersebut peristiwa yang akan berlaku dan biarkan peristiwa itu berjalan jangan diganggu.
Tibalah Nabi Musa a.s melihat dan di celah-celah batu besar tersebut tiba-tiba datang seorang pemuda berkuda dan beliau berhenti ditebing sungai tersebut dan membasuh muka, lalu pemuda tersebut meletakkan sebuah kantong berisi emas ditebing batu sungai tersebut lalu pemuda itu lupa meninggalkanya. Selepas itu datang seorang lelaki pergi ketempat tersebut dan melihat ada kantong emas dan kantong emas tersebut di ambilnya . Selepas itu datang pula seorang lelaki tua yang buta dan sampai ditempat yang sama membasuh mukanya, lalu pemuda yang berkuda tadi datang lagi untuk mengabmbil kantong emasnya dan melihat pria tua di situ lalu menanyakan dan meminta kantong emasnya ke orang buta tersebut . Lelaki buta itu mengatakan beliau buta dan mengaku tak mengambil barang tersebut. Pemuda itu tak puas mendengar jawaban orang tua buta itu dan terjadilah pertengkaran  sehinggakan beliau mengeluarkan pisau dan membunuh lelaki buta tadi.
Setelah peristiwa terebut berlalu  Allah SWT  menceritakan kepada Nabi Musa a.s. bahawa pemuda tersebut baru saja merampok kantong emas dirumah lelaki tadi . Dan lelaki tadi yang mengambilnya melihat kantong emasnya  lalu  lelaki itu mengambilnya kerana merasakan barang ini adalah hak milik keluarganya. Orang tua yang buta itu,  20 tahun lalu adalah orang jahat yang sering pernah merampok  keluarga pemuda tersebut dan membunuh kedua  ibu-bapanya ini adalah pembalasan terhadap kezaliman yang beliau lakukan dahulu.


Kesimpulan :
Dari peristiwa tersebut insaflah Nabi Musa a.s. bahwa balasan Allah SWT pasti berlaku kepada siapa yang melakukan kezaliman kepada orang lain dan ianya berlaku di dunia lagi sebelum tiba siksaan  di hari akhirat. Ingatlah bahawasanya sesiapa saja yang berbuat zalim kepada orang lain di dunia ini maka balasannya pasti akan diterima di dunia ini seperti mana kisah di atas. Tetapi sekiranya mereka tidak di balas di dunia maka di hari akhirat pasti akan menerima azab seksa d Allah SWT.




8
Kisah Nyata
Betapa Berharganya Setetes Air

Penulis terkenal kebangsaan Mesir yang bernama Mustafa Amin, dimana beliau adalah salah satu yang dijebloskan ke dalam penjara di masa pemerintahan Gamal Abdul Naser pada tahun 1965, menceritakan kisahnya saat beradadi dalam penjara. Ia berkata, “Di antara bentuk penganiayaan yang ditetapkan pemerintah pada saat itu adalah melarang penghuni penjara makan dan minum. Larangan untuk makan sangatlah menyakitkan, walaupun masih memungkinkan untuk bertahan, akan tetapi haus adalah siksaan yang tidak mungkin bisa ditanggung, khususnya di bulan-bulan musim panas dengan derajat panas yang tinggi sekali. Selain itu saya mempunyai penyakit gula, yang mengharuskan saya banyak minum. Di hari pertama pelarangan ini, saya masuk kamar kecil, di sana saya mendapatkan tempat air yang berisi air untuk istinja’, kemudian saya minum air tersebut sampai habis, dan sebagai ganti untuk istinja’, saya gunakan tissu toilet. Dengan semakin bertambahnya rasa hausku, saya terpaksa minum air kencing. Sampai di hari ketiga, saya tidak mendapatkan air kencing untuk saya minum. Saya sangat haus, saya merasakan siksaan yang sangat pedih. Kemudian, saya berjalan-jalan di dalam sel saya sehingga nampak seperti orang gila. Lidah dan tenggorokan saya kering.
Terkadang saya menunduk ke lantai dengan harapan semoga sipir penjara terlupa dan menyisakan setetes air ketika mereka mengepel lantai!! Setelah itu saya merasakan bahwa saya hampir binasa, dalam kondisi seperti itu saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan, saya kuras pikiranku, sampai saya terhuyung-huyung, ketika itu aku malihat bahwa pintu sel dibuka dengan perlahan-lahan, dan dalam kegelapan saya perhatikan ada tangan seseorang mengulurkan segelas air dingin. Saya tergoncang,terbayang seolah-olah aku telah gila? Aku mulai melihat bayangan orang itu, ah … tidak mungkin ini air … ini hanyalah fatamorgana. Kemudian, saya ulurkan tangan dan saya benar-benar menyentuh gelas tersebut, ternyata sedingin es. Saya melihat pembawa gelas tadi meletakkan jarinya di atas bibirnya, seolah-olah ia berkata kepada saya, ‘Janganlah kamu bicara’. Saya minum air tersebut, akan tetapi ia sangat berbeda dengan air yang pernah saya minum selama ini, ia adalah air yang paling nikmat yang pernah saya minum di dalam kehidupan saya sebelumnya. Kalau seandainya pada waktu itu aku memegang uang satu juta pound (junaih), niscaya aku berikan kepada sipir yang tidak kukenal ini. Minum air segelas tersebut membuat ruh saya seakan kembali ke tubuh dan tidak perlu lagi makan karena kenyang. Bahkan, lebih dari itu, aku merasa tidak perlu dikeluarkan dari penjara.
Saya merasakan kebahagiaan yang belum pernah saya rasakan selama hidup saya,
semua itu disebabkan segelas air yang dingin. Setelah itu, sipir pergi dengan cepat seperti
kedatangannya tadi dan menutup pintu sel dengan
perlahan. Saya melihat bayangan sipir, ia adalah pemuda yang berkulit coklat dan berbadan pendek. Akan tetapi, saya merasakan ia seperti malaikat. Saya melihat langsung pertolongan Allah di sel penjara. Hari yang penuh siksaan terus berjalan, tanpa pernah lagi melihat sipir yang tidak saya kenal itu. Kemudian, saya dipindahkan ke ruangan penyiksaan di lantai dasar penjara. Setiap hari melihat sipir yang tidak saya kenal itu berdiri di hadapan saya. Ketika itu saya hanya berdua. Saya bertanya dengan perlahan-lahan kepadanya,‘Kenapa engkau lakukan perbuatanitu? Kalau mereka mengetahuinya tentu memecatmu’. Dengan menyunggingkan senyum, ia menjawab, ‘Hanya memecat saya!? Bahkan, mereka akan membunuh saya dengan menembakkan senjata?’ Saya bertanya, ‘Apa yang membuatmu melakukan hal yang berbahaya itu? Ia menjawab, ‘Sesungguhnya saya mengenal anda, namun anda tidak mengenal saya. Kira-kira 9 tahun yang lalu, seorang petani dari Giza mengirim surat kepada anda, yang isinya menceritakan bahwa ia adalah seorang petani yang tinggal di sebuah perkampungan, dalam hidupnya ia sangat menginginkan membeli seekor sapi. Akan tetapi, setelah 6 bulan sapi yang berhasil dibelinya tersebut mati.
Beberapa bulan setelah itu, yakni pada malam- malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, tiba-tiba pintu rumah yang sempit kepunyaan petani itu diketuk, dan datanglah utusan dari harian koran anda, Akhbarul Yaum, sambil memegang tali yang mengikat seekor sapi di belakangnya. Ketika itu koran harian Akbarul Yaum selalu mewujudkan beratus-ratus impian para pembacanya di malam-malam Lailatul Qadar di setiap tahunnya’. Sipir itu terdiam sebentar, kemudian ia berkata, ‘Petani yang telah Anda kirimi seekor sapi kepadanya 9 tahun yang lalu adalah ayahku’. Bukankah telah aku katakan kepada kalian tadi bahwa pertolongan Allah menyertaiku saat aku di dalam sel penjara?!

Kesimpulan
Perbuatan baik yang telah dilakukan seorang penulis sejak 9 tahun yang lalu terhadap
seorang petani telah membuahkan hasil dan bisa menyelamatkan hidup sang penulis



9
Keindahan dibalik Takdir Kebutaan Mata Seorang Anak (Kisah nyata)

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... ALLAH menyimpan keindahan untuk umat-Nya yg bersabar dan ikhlas menerima takdir

(Ungkapan Mulia Seorang Anak Tunanetra Penghafal Qur’an Membuat Penyiar TV Meneteskan Air Mata) ..

Mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup terasa tak sempurna. Sedih dan mengeluh itu pasti terjadi pada sebagian manusia yang kehilangan penglihatannya. Tapi tidak dengan anak kecil tunanetra dari Mesir itu. Ia adalah salah satu hamba Allah yang ikhlas atas ketetapan-Nya. Penyiar TV Arab Saudi Al-Wathan mewawancarai anak istimewa itu. Seorang anak laki-laki tunanetra penghafal Al-Qur'an dari Mesir yang berusia 11 tahun.

Dalam wawancara itu penyiar TV Al-Wathan menanyakan perihal bagaimana ia belajar Al-Qur'an dalam kebutaannya. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya.

“Saya yang datang ke tempat syaikh” kata anak itu. “Berapa kali dalam sepekan ?”

tanya penyiar TV.

“Tiga hari dalam sepekan” jawab sang anak.

Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu penyiar bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Qur’an hanya mengajarinya satu ayat per hari !!!.

“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau dengan sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari” ujar anak itu. “Satu ayat saja ?” respon penyiar terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini.

Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Qur'an, hingga ia tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Sang penyiar tersenyum dan menepuk paha anak itu tanda kagum, yang disambut senyum ceria oleh anak itu. Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya,­ tapi “rahmat” Allah-lah yang ia harapkan.

“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku” katanya. Mendengar jawaban anak itu sang penyiar semakin terkejut.

“Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu ?. Kenapa ?” tanyanya penyiar TV heran. Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan ia tak yakin pada Allah, bukan.

Namun ia menginginkan yang lebih indah dari penglihatan.

“Semoga menjadi keselamatan bagiku pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut.

Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, Apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu ?. Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya­ untuk saya pada hari kiamat kelak” papar sang anak dengan tegas. Mendengar kalimat mulia anak itu, semua diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan, sehingga tak terasa air mata pun tumpah !.

“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum Muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasa­n dalam menghafal kitab Allah, Al-Qur'an. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu) ?” kata penyiar. “Segala puji milik Allah dalam segala keadaan” kata penghafal Qur'an muda itu.

Subhanallah, indahnya dunia tak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari pembalasan. Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah (rahimahullah):

“Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi: Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya” katanya. Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlas menerima takdir-Nya. “Segala puji milik Allah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha' dan qadar Allah” katanya.

“Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-Firdaus yang tertinggi” kata anak istimewa itu lagi. Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah ...






Kesimpulan:
Dari Kisah di atas hendaklah menjadi inspirasi bagi kita yang terlahir sempurna untuk selalu ingat kepada sang pencipta yaitu Allah Swt


10
Allah Sesuai Prasangka Hamba-Nya
Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah, dalam kondisi apapun. Aku tahu pasti hasilnya, karena terlalu sering aku mengalami banyak hal yang semua berpangkal pada satu, khusnudzon sama Allah. Dulu, aku memutuskan kuliah karena aku yakin ayah dan kakakku mau membiayaiku, dan tidak akan membuatku telantar. Tapi keyakinan itu sirna, setelah Ayah dipanggil olehNya, dan penghasilan kakakku (satu-satunya orang yang berpenghasilan tetap di keluargaku) hanya cukup untuknya hidup. Bayangkan, gaji kakakku yang hanya 500 ribu sebulan, mana cukup untuk kehidupanku dan biaya kuliahku, untuk dirinya sendiripun aku rasa kurang dari cukup (dalam kacamata manusia), sedangkan biaya satu semesterku minimal untuk SPP 700 ribu.
 Namun, beruntunglah diriku saat itu. Saat dimana pemahamanku tentang konsep iman, konsep rejeki dan konsep qada qadar sudah mengakar kuat. Alhamdulillah, keyakinan pada pertolongan Allah lah yang membuatku selalu merasa bisa dan mampu bertahan, apapun yang nanti aku alami. Tentu dengan berusaha menunjukkan padaNya, bahwa aku layak mendapatkan pertolonganNya (Muhammad : 7). Hanya karena kemudahanNya lah, aku mendapatkan lima beasiswa dalam kurun selama 5 tahun kuliah. Jumlah terbanyak yang pernah diraih oleh mahasiswa dimana tempatku belajar serta tawaran mengajar privat disana-sini, tanpa perlu bersusah payah mengajukan lamaran ke sebuah lembaga bimbingan belajar.
 Karena kemudahanNya lah, aku mampu mengasah keterampilan menjahitku, secara otodidak, dari hanya memasarkan produk kain flannel secara kecil-kecilan, hingga diberi kemudahan rejeki untuk membeli mesin jahit dan mesin obras, lalu menjalankan usaha jahitku saat itu. Akupun mampu memenuhi kebutuhanku sendiri, sejak sebelum lulus. Aku selalu ingat cerita yang selalu kuberikan pada para siswa SMP binaanku, cicak yang merayap pun selalu bisa mendapatkan nyamuk yang terbang, itulah kemurahan Allah. Maka jangan pernah berputus asa dari rahmatNya. Dulu, sering aku tak memegang uang sepeserpun di tangan, sedangkan mau pinjam lagi ke kawan satu kostan terbersit rasa malu, karena hutang yang kemarin pun belum mampu kulunasi. Tapi aku selalu yakin, Allah tak akan pernah menelantarkan hambaNya, selama kita yakin akan pertolonganNya. Dan sering, disaat rasa laparku tak mampu tertahan lagi, ada yang tiba-tiba membayar daganganku, sekalipun mungkin hanya 5 ribu saja, Alhamdulillah, setidaknya aku bisa makan malam nanti dan esok pagi.
 Atau ketika aku tak punya cukup ongkos untuk sekedar mudik ke kampung halaman, Subhanallah, dosenku yang baik saat itu, menawarkan pinjaman kepada mahasiswanya, dan kau tahu, aku mengembalikan uang pinjaman itu pada lebaran tahun berikutnya.  Atau ketika aku butuh dana untuk penelitian saat itu, iseng kugesekkan KTM ku, berharap masih ada sisa beasiswa yang terkirim. Padahal aku tahu, beasiswa itu sudah habis masa berlakunya, karena 2 bulan sebelumnya aku selalu mendapati KTM ku kosong. Tapi memang kebiasaanku saat itu, setiap mengantar teman ke ATM, aku sering iseng menggesekkan KTM ku, dan Subahanallah, lagi, aku tak menyangka beasiswa itu akhirnya terkirim lagi, sebagai perpanjangan tahun berikutnya. Kejadian-kejadian kecil itu, selalu membuatku tak bisa untuk bersu'udzon kepadaNya. Aku hanya mampu menangis, karena Allah begitu menyayangiku, sekalipun diri ini berlumpur dosa dan maksiat. Astaghfirullah... Dan cerita tak berhenti sampai disini. Aku ingat saat penelitian, aku sengaja mengambil proyek dosen dengan topik dan masa penelitian yang mudah dan singkat, disamping mencari yang ada penyandang dananya, salah satunya untuk mempercepat proses kelulusanku, yang kutarget tak lebih dari 4 tahun.
Di tengah jalan, ternyata tak semudah yang kubayangkan. Dari kesalahan penyiapan bahan, tempat penelitian yang harus mengantri dan bahan-bahan penelitian yang harus kutanggung dulu, karena dana yang belum cair. Tapi Alhamdulillah, aku tak harus mengulang sekalipun ada kesalahan penyiapan bahan, lalu tempat yang mengantri membuatku mengenal penelitian di topik yang sama yang akhirnya memudahkan saat proses penulisan, dan kemunduran pencairan dana akhirnya ditanggung oleh kawan yang satu penelitian denganku, walaupun kelulusanku akhirnya mundur sekitar enam bulan dari target awal. Subhanallah, betapa indah rencanaMu ya Allah, yang tak akan mungkin mampu kuurai, bagaimana ini semua bisa terjadi? Apakah masih ada cerita lain? Ya, masih ada dan mungkin belum akan selesai hingga aku menghadapNya. Aku ingat, salah satu impianku adalah mengajar di salah satu SDIT favoritku di kota tempatku kuliah.
Dan kau tau, tahun kelulusanku adalah tahun dimana SDIT tersebut membutuhkan banyak guru, karena perluasan kelas dan beberapa guru yang memutuskan keluar. Yah, aku diterima, sesuatu yang dulu kupikir sangat sulit, melihat banyak kakak tingkatku yang gagal (bahkan aku merasa kualitas mereka lebih baik dariku) ketika mendaftar dulu. Subhanallah, Kau meluluskanku di tahun yang tepat ya Allah. Lagi? Tentu saja. Di tengah perjalanan, ketika usia mengajarku baru menginjak dua bulan, kakak memintaku pulang, karena Mamak tercintaku membutuhkan kehadiranku. Walaupun aku harus meninggalkan semua mimpiku disini, lagi-lagi aku yakin, mungkin Allah punya rencana lain dengan semua ini. Dan ternyata iya, disinilah aku akhirnya membangun mimpi selanjutnya. Sungguh tak disangka, saat kepulanganku adalah saat dimana sebuah balai penelitian tanaman perkebunan, membutuhkan seorang peneliti. Apakah sebuah kebetulan? Bukan, karena inilah skenario Allah yang Maha Indah. Mereka membutuhkan peneliti bukan pada saat harus membuka lowongan.
Balai itu membutuhkan peneliti, karena salah satu peneliti yang baru direkrutnya memutuskan keluar, dan dia berada pada bidang yang kutekuni saat kuliah, Pemuliaan Tanaman. Kau tahu kan, jika dia tak keluar, maka lowongan itu tak mungkin ada, dan jika bukan bidangku, maka akupun tak akan mungkin diterima, karena syarat seorang peneliti adalah sesuai dengan bidang kepakarannya. Entah mengapa aku yakin sekali, inilah jalanku, sekalipun saat itu aku harus melewati banyak kandidat yang lain dan hanya satu orang yang direkrut. Dan Alhamdulillah, Subhanallah, lagi dan lagi, rasa syukur tak hentinya kupanjatkan pada Dzat Yang Maha Pengasih. Menjadi peneliti, membuatku meraih mimpi-mimpiku. Mimpi memiliki publikasi skala nasional bahkan internasional, mimpi menjelajah Nusantara bahkan luar Negara, mimpi memiliki jaringan hingga ke pelosok negeri, dan tentu saja, selalu berada dekat dengan Mamak tercintaku.
Subhanallah, maka alasan apa yang membuat kami harus bersu'udzon kepadaMu? Lagi, di tahun pertama aku bekerja, kakak ketigaku terlilit hutang sebagai akibat kebangkrutan usahanya, bahkan hingga puluhan juta. Hingga gaji tahun pertamaku harus tersisih untuk turut melunasi hutang-hutangnya. Tapi Alhamdulillah, Allah memberiku cahayaNya hingga bisa melihat segala permasalahan dengan jernih, dan mengambil hikmah tentunya. Rumah peninggalan ayah di kota tempatnya bekerja, akhirnya kami jual. Berkat penjualan rumah itu, kami akhirnya mampu memperbaiki rumah yang ditinggali Mamak yang kondisinya sudah hampir ambruk, disamping untuk melunasi hutang-hutangnya. Ya, aku yakin Allah membuka kami jalan untuk menjual rumah itu, karena Maha Tahu apa yang paling tepat diberikanNya untuk kami.
Dan tentu saja, tentang jodoh. Aku sudah tak menghitung lagi, berapa proses kulewati dan selalu berakhir dengan kegagalan. Tapi aku selalu yakin, kelak, Allah akan memilihkan seseorang untukku di saat yang tepat. Aku ingat perkataan guru mengajiku saat itu... "Jodoh itu dari Allah, maka mintalah sama Allah, dan upayakan diri kita layak mendapatkan jodoh dariNya", Yah, aku akhirnya sadar, jangan pernah menyalahkan orang yang meninggalkan kita, jangan pernah menyalahkan mereka yang tak ikhlas menerima kita, terlebih jangan pernah menyalahkan takdir. Tapi teruslah ukur diri kita, sudahkah kita layak mendapatkan jodoh terbaik dariNya? siapkah kita saat Allah menjodohkan kita dengan manusia pilihanNya? maka fokuslah pada apa yang bisa kita upayakan, jangan fokus kepada hal-hal yang diluar kemampuan kita, karena menentukan siapa dan kapan jodoh kita, adalah HAK Allah semata. Dan tahukah kau, dulu aku pernah berharap mendapatkan seseorang yang mau menemaniku di kota kelahiranku, dan memiliki kemampuan berwiraswasta yang mumpuni, selain sholeh dan giat berdakwah tentunya.
Dan Subhanallah, ternyata sosok seperti itu akhirnya dihadirkanNya di hadapanku. Dan dia, ya Allah, laki-laki itu begitu ikhlas menerimaku... sesuatu yang aku yakin, Jika Kau sudah memudahkannya, maka tak ada satupun yang bisa menyulitkannya. Dan nanti ya Allah, jika aku kehilangan apapun yang aku sukai, apapun yang aku sayangi, dan apapun milikMu yang Kau titipkan padaku, aku yakin Kau telah menyiapkan ganti yang lebih baik, dan rencanaMu ya Allah, adalah rencana yang terindah, skenario mengagumkan yang hanya akan terlihat indah, pada mereka yang berkhusnudzon pada setiap ketetapanMu... "Duhai Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri .... nikmat-Mu yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, ... dan agar aku selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Dengan rahmat-Mu ... masuk ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh." (An-Naml/27:19).
Kesimpulan:
Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah,

NB : Materi atau Artikel diatas di ambil dari berbagai sumber ( lupa juga nggak mencatatnya karena sudah lama tersimpat di Komputer saya )  

Ok sobat sekian dulu postingan dari saya semoga postingan di atas bermanfaat untuk kita semua , bilamana ada sesuatu yang mau di sampaikan silahkan tinggalkan komentar kalian dibawah .Terima kasih

No comments: